Write For Us

ARTSY PLACE IN CHIANG MAI #02

E-Commerce Solutions SEO Solutions Marketing Solutions
193 Views
Published
Beberapa waktu lalu, aku ngalamin sesuatu yang bikin aku kesal sama diri sendiri
Kalo boleh jujur, sedikit kecewa sih. Tapi gak mau terlalu larut dalam kekecewaan soalnya gak bakal ubah apapun ke diri sendiri
Tapi dari kejadian itu aku jadi makin sadar dan kenal sisi lain dari diriku — yang tidak terlalu bagus dan bikin gregetan (tapi masih ada harapan lah untuk diubah)
Jadi ada insiden di mana aku --- yang harusnya bilang cukup, nggak atau stop ke seseorang tapi aku malah pilih untuk diam. Aku gak bakal ceritain insidennya apa (soalnya tujuan aku share ini ke kalian bukan untuk bahas insidennya)
Kenapa aku harus pilih diam?
Ngomong 3 kata itu ke orang yang aku kenal baik agak susah.
Alasannya juga sederhana: takut bikin dia sedih, tersinggung, atau patah semangat.
Kalo ngomong cukup, nggak atau stop ke orang yang gak dekat denganku sih mudah banget — aku sering melakukannya.
“Toh pada akhirnya dia bakal berhenti kok tanpa aku bilang”, gitu pikirku
Tapi masalahnya bukan itu.
Masalahnya sampai kapan aku harus terus ngerasa gak enakan?
Sampai kapan aku harus diam biar dia "gak terluka"?
Bukankah nantinya dia akan makin terluka karena (mungkin) gak ada orang yang berani untuk bilang cukup, nggak atau stop ke dia?
Bukankah dengan bertindak diam aja itu artinya aku juga dengan sengaja membiarkan dan memberi ijin untuk membuat diriku “terluka”?
Seharusnya kalo aku bilang cukup, nggak atau stop, aku secara gak langsung kasih dia ruang dan kesempatan untuk belajar — dan ini juga artinya aku kasih ruang dan kesempatan yang sama ke diri sendiri.
Intinya kami akan sama-sama belajar dari kata itu.
Tapi sayangnya ketika itu aku memilih untuk diam. Kenapa Ia, kenapa?
NGGAK - CUKUP - STOP
3 kata ini bukan kata menyakitkan kok. Terus kenapa harus enggan dan ragu untuk diucapkan?
xoxo,
RSW
Category
Makanan - Food
Sign in or sign up to post comments.
Be the first to comment