Dari Indonesia, Koresponden BBC News Quentin Sommerville melanjutkan laporannya di Pulau Sulu, Mindanao, Filipina.
Di pulau inilah, pasangan suami istri pengebom bunuh diri ISIS asal Indonesia, Ruille Zeke dan Ulfa, melancarkan misinya.
Mereka meledakkan bom bunuh diri di Katedral Jolo dan menewaskan 23 orang.
Serangan yang dilakukan Ruille dan Ulfa menimbulkan trauma mendalam bagi komunitas Kristen di wilayah tersebut. Bahkan Victoriana, salah satu umat Katedral Jolo, mengaku masih takut kembali ke gereja, bahkan satu tahun berselang usai insiden.
"Saya masih bisa melihat mayat-mayat di sekitar saya dan mereka yang terluka berteriak minta tolong. Tapi saya berpikir waktu itu, 'siapa yang akan menolong kami?'," papar Victoriana.
Di sisi lain, pemerintah Filipina menerjunkan pasukan militer dalam jumlah banyak untuk mengamankan Sulu. Para tentara terlihat berpatroli di kota, sementara pasukan lainnya masuk ke hutan untuk mencari para pendukung ISIS.
Sementara di kedalaman hutan-hutan lebat di Filipina, petempur ISIS kembali berkumpul. Mereka bergabung dengan kelompok militan setempat, Abu Sayyaf. Di hutan Filipina pula, ada seseorang yang mengaku menjadi pemimpin baru ISIS dan bersumpah akan menjalankan misi yang sama.
Di Suriah, ISIS memang sudah hancur, namun bukan berarti ancaman ikut menghilang. Para pria ISIS memang berakhir tewas atau dipenjara, namun masih ada keluarga mereka yang kini tinggal di tanah tak bertuan. Kamp-kamp ISIS, yang dulu jadi alat bujuk rayu kekhalifan, sekarang hanya dihuni para istri dan anak-anak.
Nasib yang tidak menentu membuat mereka berusaha mencari berbagai cara untuk pulang ke negara asal. Namun, bisakah negara asal menerima kembali mereka yang dulu jadi musuh dunia dan menjamin ISIS tidak akan kembali bangkit?
*Ini merupakan bagian ketiga dari seri liputan BBC tentang militan ISIS di Timur Tengah dan Asia. Dalam seri pertama, kami mewawancarai Nada Fedulla yang dibawa ayahnya, Aref Fedulla, ke Suriah. Di seri kedua, kami menelusuri jejak pengebom bunuh diri ISIS asal Indonesia, Ruille Zeke dan Ulfa, sepulang dari Suriah hingga menjadi pengebom bunuh diri di Filipina.
Reporter: Quentin Sommerville
Video Jurnalis: Darren Conway
============
Berlangganan channel ini di: https://bit.ly/2Mkg9hY
Instagram: https://www.instagram.com/bbcindonesia/
Twitter: https://twitter.com/BBCIndonesia
Facebook: https://www.facebook.com/BBCNewsIndonesia/
Di pulau inilah, pasangan suami istri pengebom bunuh diri ISIS asal Indonesia, Ruille Zeke dan Ulfa, melancarkan misinya.
Mereka meledakkan bom bunuh diri di Katedral Jolo dan menewaskan 23 orang.
Serangan yang dilakukan Ruille dan Ulfa menimbulkan trauma mendalam bagi komunitas Kristen di wilayah tersebut. Bahkan Victoriana, salah satu umat Katedral Jolo, mengaku masih takut kembali ke gereja, bahkan satu tahun berselang usai insiden.
"Saya masih bisa melihat mayat-mayat di sekitar saya dan mereka yang terluka berteriak minta tolong. Tapi saya berpikir waktu itu, 'siapa yang akan menolong kami?'," papar Victoriana.
Di sisi lain, pemerintah Filipina menerjunkan pasukan militer dalam jumlah banyak untuk mengamankan Sulu. Para tentara terlihat berpatroli di kota, sementara pasukan lainnya masuk ke hutan untuk mencari para pendukung ISIS.
Sementara di kedalaman hutan-hutan lebat di Filipina, petempur ISIS kembali berkumpul. Mereka bergabung dengan kelompok militan setempat, Abu Sayyaf. Di hutan Filipina pula, ada seseorang yang mengaku menjadi pemimpin baru ISIS dan bersumpah akan menjalankan misi yang sama.
Di Suriah, ISIS memang sudah hancur, namun bukan berarti ancaman ikut menghilang. Para pria ISIS memang berakhir tewas atau dipenjara, namun masih ada keluarga mereka yang kini tinggal di tanah tak bertuan. Kamp-kamp ISIS, yang dulu jadi alat bujuk rayu kekhalifan, sekarang hanya dihuni para istri dan anak-anak.
Nasib yang tidak menentu membuat mereka berusaha mencari berbagai cara untuk pulang ke negara asal. Namun, bisakah negara asal menerima kembali mereka yang dulu jadi musuh dunia dan menjamin ISIS tidak akan kembali bangkit?
*Ini merupakan bagian ketiga dari seri liputan BBC tentang militan ISIS di Timur Tengah dan Asia. Dalam seri pertama, kami mewawancarai Nada Fedulla yang dibawa ayahnya, Aref Fedulla, ke Suriah. Di seri kedua, kami menelusuri jejak pengebom bunuh diri ISIS asal Indonesia, Ruille Zeke dan Ulfa, sepulang dari Suriah hingga menjadi pengebom bunuh diri di Filipina.
Reporter: Quentin Sommerville
Video Jurnalis: Darren Conway
============
Berlangganan channel ini di: https://bit.ly/2Mkg9hY
Instagram: https://www.instagram.com/bbcindonesia/
Twitter: https://twitter.com/BBCIndonesia
Facebook: https://www.facebook.com/BBCNewsIndonesia/
- Category
- Berita - News
Sign in or sign up to post comments.
Be the first to comment