Write For Us

Kisah nelayan Natuna yang 'terusir dan terasing di laut sendiri' - BBC News Indonesia

E-Commerce Solutions SEO Solutions Marketing Solutions
78 Views
Published
Bagaimana kehadiran kapal-kapal asing di Perairan Natuna memberi efek pada kehidupan nelayan-nelayan Indonesia di sana?

Asoy dan Budiman adalah nelayan dari Pulau Tiga Barat, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, yang kerap bertemu dengan kapal nelayan asing saat tengah mencari ikan di Perairan Natuna.

Selain dikejar-kejar, mereka juga kerap mengalami intimidasi lain, seperti ditabrak dan dilempari kotoran oleh ABK kapal asing. Akibatnya, tidak ada rasa aman meski mereka melaut di wilayah sendiri.

"Banyak kejadian seperti ini yang terjadi, bahkan ada yang hampir tenggelam dan hancur. Saya merasa terasing di daerah sendiri," kata Budiman.

Kisah Sudiro lain lagi. Dia adalah nelayan tradisional yang hanya memiliki pompong (kapal) kecil berukuran kurang dari setengah gross tonnage, tanpa radar, GPS atau radio komunikasi. Kapal asing menghabisi ikan-ikan dengan pukat, sehingga tak ada lagi yang bisa ditangkapnya.

Desember 2019, ketegangan Indonesia-China memuncak saat kapal-kapal nelayan China yang dikawal oleh kapal Penjaga Pantai China memasuki wilayah ZEE Indonesia. China beralasan, wilayah tersebut secara historis adalah milik China, merujuk pada klaim berdasarkan sembilan garis putus-putus. Klaim ini tidak diakui Indonesia dengan alasan bersifat unilateral dan tidak memiliki dasar hukum.

Pengamat sosial ekonomi maritim dari Universitas Maritim Raja Ali Haji di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Khodijah Ismail, mengatakan pelanggaran tersebut karena rendahnya pengawasan dari aparat keamanan Indonesia.

"Akibatnya bukan hanya menimbulkan ancaman sosial ekonomi tapi juga ancaman nyawa. Ketika mereka melaut, armada mereka kecil, armada asing besar. Mereka takut," kata Khodijah yang melakukan riset terhadap kesejahteraan nelayan tradisional Natuna.

Saat ini ketegangan antara Indonesia dan China memang telah mereda. Namun pengamat menilai eskalasi dapat terjadi sewaktu-waktu karena China berkeras mempertahankan klaim batas wilayahnya yang bersinggungan dengan laut Natuna.

"Harapan kita, supaya laut aman, bukan untuk saya, bukan untuk generasi sekarang, tapi ke depan, anak cucu kita karena ikan itu kan kita punya harta," kata Asoy.

Video Produksi: Raja Eben Lumbanrau, Haryo Wiryawan, dan Ivan Batara untuk BBC Indonesia
Editor: Anindita Pradana

============

Berlangganan channel ini di: https://bit.ly/2Mkg9hY
Instagram: https://www.instagram.com/bbcindonesia/
Twitter: https://twitter.com/BBCIndonesia
Facebook: https://www.facebook.com/BBCNewsIndonesia/
Category
Berita - News
Sign in or sign up to post comments.
Be the first to comment