Sebanyak 297 pengungsi Rohingya mendarat di pantai Lhokseumawe, Aceh pada Senin (07/09) dini hari.
Menurut Chris Lewa dari organisasi non-pemerintah Arakan Project asal Thailand, kelompok berjumlah 297 orang ini merupakan bagian dari sebuah kapal besar yang pada awalnya mengangkut sekitar 800 etnis Rohingya dari Bangladesh pada akhir Maret.
"Kelompok ini pergi dari Bangladesh, kebanyakan dari kamp pengungsi, pada bulan Maret. Mereka pergi dengan menggunakan kapal besar yang dilaporkan mengangkut 800 orang. Mereka mencoba mencapai Malaysia pada bulan April, namun mereka tidak bisa turun dari kapal karena pembatasan akibat Covid-19, sehingga Malaysia mulai mendorong mereka kembali ke perairan internasional," ujar Lewa.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Thailand. Selain ditolak oleh negara-negara Asia Tenggara, alasan lain pengungsi Rohingya terombang-ambing di lautan selama enam bulan adalah karena mereka "dijadikan tawanan" oleh kelompok penyelundup manusia.
Lebih lanjut, Lewa meyakini masih akan ada kapal-kapal yang mengangkut komunitas Rohingya dalam beberapa bulan ke depan, terutama di musim puncak yang biasanya jatuh pada "akhir Oktober atau November."
"Kita bisa memprediksi bahwa kapal-kapal akan mulai berangkat, mengingat kondisi di Bangladesh. Di sana, mereka tidak mau dipindahkan ke sebuah pulau yang direncanakan pemerintah akan dipakai sebagai kamp pengungsi. Di kamp [Cox's Bazaar], mulai ada banyak restriksi."
Pemerintah kota Lhokseumawe menempatkan para pengungsi Rohingya tersebut di kantor Balai Latihan Kerja (BLK) di kota itu, bersama dengan kelompok pengungsi sebelumnya yang datang pada Juni lalu.
Video Editor: Anindita Pradana; kameraman: Hidayatullah (Aceh)
============
Berlangganan channel ini di: https://bit.ly/2Mkg9hY
Instagram: https://www.instagram.com/bbcindonesia/
Twitter: https://twitter.com/BBCIndonesia
Facebook: https://www.facebook.com/BBCNewsIndonesia/
#bbcindonesia #Rohingya #ArakanProject
Menurut Chris Lewa dari organisasi non-pemerintah Arakan Project asal Thailand, kelompok berjumlah 297 orang ini merupakan bagian dari sebuah kapal besar yang pada awalnya mengangkut sekitar 800 etnis Rohingya dari Bangladesh pada akhir Maret.
"Kelompok ini pergi dari Bangladesh, kebanyakan dari kamp pengungsi, pada bulan Maret. Mereka pergi dengan menggunakan kapal besar yang dilaporkan mengangkut 800 orang. Mereka mencoba mencapai Malaysia pada bulan April, namun mereka tidak bisa turun dari kapal karena pembatasan akibat Covid-19, sehingga Malaysia mulai mendorong mereka kembali ke perairan internasional," ujar Lewa.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Thailand. Selain ditolak oleh negara-negara Asia Tenggara, alasan lain pengungsi Rohingya terombang-ambing di lautan selama enam bulan adalah karena mereka "dijadikan tawanan" oleh kelompok penyelundup manusia.
Lebih lanjut, Lewa meyakini masih akan ada kapal-kapal yang mengangkut komunitas Rohingya dalam beberapa bulan ke depan, terutama di musim puncak yang biasanya jatuh pada "akhir Oktober atau November."
"Kita bisa memprediksi bahwa kapal-kapal akan mulai berangkat, mengingat kondisi di Bangladesh. Di sana, mereka tidak mau dipindahkan ke sebuah pulau yang direncanakan pemerintah akan dipakai sebagai kamp pengungsi. Di kamp [Cox's Bazaar], mulai ada banyak restriksi."
Pemerintah kota Lhokseumawe menempatkan para pengungsi Rohingya tersebut di kantor Balai Latihan Kerja (BLK) di kota itu, bersama dengan kelompok pengungsi sebelumnya yang datang pada Juni lalu.
Video Editor: Anindita Pradana; kameraman: Hidayatullah (Aceh)
============
Berlangganan channel ini di: https://bit.ly/2Mkg9hY
Instagram: https://www.instagram.com/bbcindonesia/
Twitter: https://twitter.com/BBCIndonesia
Facebook: https://www.facebook.com/BBCNewsIndonesia/
#bbcindonesia #Rohingya #ArakanProject
- Category
- Berita - News
Sign in or sign up to post comments.
Be the first to comment